Investasi syariah untuk pemula bisa jadi pilihan tepat bagi yang ingin mengembangkan uang sesuai prinsip Islam. Berbeda dengan investasi konvensional, sistem ini menjamin kehalalan transaksi dan menghindari riba, gharar (ketidakjelasan), serta maysir (judi). Bagi yang baru mulai, penting paham dulu dasar-dasarnya sebelum terjun. Investasi syariah tidak hanya menguntungkan secara finansial tapi juga bernilai ibadah. Mulai dari reksadana syariah, saham syariah, hingga sukuk, semua punya aturan main yang jelas. Yuk, pelajari langkah-langkah praktisnya biar nggak salah langkah!
Baca Juga: Cara Investasi Reksadana dan Keuntungannya
Memahami Konsep Dasar Investasi Syariah
Investasi syariah itu dasarnya beda banget sama investasi biasa. Pertama, semua transaksi harus sesuai prinsip syariah yang diatur oleh Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI). Nggak boleh ada riba (bunga), gharar (ketidakpastian berlebihan), atau maysir (spekulasi/judi).
Yang bikin unik, investasi syariah selalu punya underlying asset (aset dasar). Jadi uang kita benar-benar dipakai untuk usaha halal, bukan cuma main-main di angka. Contohnya, kalau beli saham syariah, perusahaan itu harus lolos screening syariah dulu—nggak boleh bergerak di bidang haram seperti alkohol atau judi.
Ada juga prinsip bagi hasil (mudharabah/musyarakah) yang jadi ciri khas. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, bukan bunga tetap. Kalau mau lebih detail, bisa cek penjelasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang investasi syariah.
Jangan lupa, ada lembaga pengawas seperti Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang memastikan semua transaksi tetap halal. Jadi, nggak perlu ragu kalau mau mulai. Paham konsep dasarnya dulu, baru praktik!
Oh ya, bedakan juga antara "syariah" dan "konvensional". Misalnya, di reksadana syariah, portofolionya cuma berisi aset halal, sementara reksadana biasa bisa masuk ke mana saja. Buat yang mau coba, bisa pelajari produk syariah di platform seperti Bareksa Syariah.
Singkatnya: investasi syariah itu nggak cuma cari untung, tapi juga harus sesuai nilai-nilai Islam. Mulai dari pilih instrumen sampai bagi hasil, semuanya ada aturannya!
Baca Juga: Memahami Pembiayaan E Katalog untuk Login
Prinsip Halal dalam Berinvestasi
Investasi syariah itu nggak asal cuan, tapi harus memenuhi prinsip halal dari hulu ke hilir. Pertama, haram zatnya—artinya bisnis yang didanai nggak boleh terkait alkohol, babi, judi, atau industri haram lain. Contoh: saham perusahaan bir otomatis gak lolos syariah, meski kinerjanya bagus.
Kedua, bebas riba. Ini prinsip utama! Sistem bunga (seperti deposito konvensional) haram karena dianggap eksploitatif. Gantinya, pakai skema bagi hasil (mudharabah atau musyarakah). Misal: saat beli sukuk syariah, imbalannya berasal dari bagi hasil proyek, bukan bunga tetap. Info detail bisa dicek di situs OJK tentang sukuk.
Ketiga, hindari gharar (ketidakjelasan). Kontrak investasi harus transparan—nggak boleh ada manipulasi atau informasi yang ditutup-tutupi. Makanya, produk seperti derivatif spekulatif umumnya dihindari.
Keempat, tidak mengandung maysir (judi/spekulasi). Saham syariah misalnya, harus punya underlying asset jelas, bukan sekadar taruhan harga naik-turun. Bisa pelajari daftar saham syariah di IDX Syariah.
Terakhir, ada pengawasan syariah. Setiap produk harus diawasi oleh Dewan Syariah, baik di level perusahaan (DPS) maupun nasional (DSN-MUI). Kalau ragu, cek logo halal MUI atau fatwanya di situs resmi MUI.
Intinya: investasi halal itu nggak cuma soal "uang berkembang", tapi juga memastikan setiap rupiahnya berkah. Dari pilih instrumen sampai bagi hasil, semuanya ada aturan mainnya!
Baca Juga: Email Marketing dan Lead Magnet untuk Bisnis
Jenis Investasi Syariah yang Cocok untuk Pemula
Buat yang baru mulai, investasi syariah punya beberapa pilihan yang aman dan mudah diakses. Pertama, Reksadana Syariah. Ini paling simpel karena dikelola profesional dan modalnya bisa mulai dari Rp10 ribu. Portofolionya cuma berisi aset halal seperti saham syariah atau sukuk. Cek produknya di Bareksa Syariah atau aplikasi bank syariah.
Kedua, Saham Syariah. Bedanya dengan saham biasa, emitennya sudah lolos screening DSN-MUI—nggak ada utang berbunga atau bisnis haram. Buat pemula, bisa mulai dengan saham blue-chip syariah seperti UNVR atau ASII. Pelajari daftar lengkapnya di IDX Syariah.
Ketiga, Deposito Syariah. Sistemnya bagi hasil (mudharabah), bukan bunga. Aman karena dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) dan bunganya kompetitif. Bisa buka di bank syariah seperti BSI atau Bank Muamalat.
Keempat, Sukuk Ritel. Surat utang syariah ini diterbitkan pemerintah, jadi risikonya minim. Imbalannya dari bagi hasil proyek infrastruktur. Info terbaru bisa pantau di situs Kemenkeu.
Terakhir, Emas Syariah. Bisa lewat produk digital seperti Pegadaian Syariah atau tabungan emas di bank. Sesuai prinsip syariah karena emas fisik jadi underlying asset-nya.
Tips buat pemula: pilih yang likuid (mudah dicairkan) dan risikonya sesuai profil. Mulai dari reksadana atau deposito dulu kalau masih ragu!
Baca Juga: Inovasi Produk Pertanian dengan Teknologi Modern
Keuntungan Investasi Syariah Dibanding Konvensional
Pertama, bebas riba – ini poin utama. Investasi konvensional sering pakai sistem bunga yang haram dalam Islam, sementara syariah menggantinya dengan bagi hasil (mudharabah/musyarakah). Jadi keuntungan didapat dari bagi hasil usaha riil, bukan dari utang berbunga. Penjelasan lengkap bisa baca di situs OJK tentang prinsip syariah.
Kedua, transparansi lebih ketat. Produk syariah wajib diawasi Dewan Syariah, baik di level perusahaan (DPS) maupun nasional (DSN-MUI). Nggak ada manipulasi atau instrumen spekulatif seperti derivatif yang berisiko tinggi.
Ketiga, underlying asset jelas. Uang kita dipakai untuk bisnis halal yang punya aset nyata – misal saham syariah hanya di perusahaan dengan utang rendah dan bisnis bersih. Bandingkan dengan reksadana konvensional yang bisa masuk ke obligasi ribawi atau saham casino.
Keempat, risiko lebih terkendali. Karena ada batasan leverage (utang) dan spekulasi, volatilitasnya cenderung lebih stabil. Contoh: saham syariah di BEI terbukti lebih tahan krisis dibanding saham biasa – data lengkap bisa lihat di IDX Syariah.
Terakhir, nilai tambah spiritual. Selain cuan, kita dapat pahala karena uang digunakan untuk kegiatan halal. Plus, ada zakat investasi yang bikin harta lebih berkah.
Bonus: produk syariah sekarang mudah diakses – dari reksadana di Bareksa sampai sukuk ritel di bank. Jadi, nggak ada alasan buat nggak migrasi ke yang lebih halal!
Baca Juga: Cara Mendapatkan Backlink Gratis untuk Bisnis
Tips Memulai Investasi Syariah dengan Modal Kecil
- Mulai dari Reksadana Syariah – Cukup modal Rp10 ribu di platform seperti Bareksa atau aplikasi bank syariah. Pilih jenis pasar uang atau pendapatan tetap syariah kalau mau risiko rendah.
- Tabungan Emas Digital – Pegadaian Syariah atau Tokopedia Emas bisa mulai dengan Rp5 ribu. Emas fisik jadi jaminan, plus harganya stabil. Cocok buat dana darurat juga.
- Manfaatkan Aplikasi Syariah – Bank Jago Syariah atau DANA Syariah punya fitur investasi auto-debit. Setor otomatis Rp20 ribu/bulan bisa jadi kebiasaan baik.
- Sukuk Ritel Seri SR – Minimal beli 1 gram (sekitar Rp1 juta), tapi bisa dicicil lewat agen seperti BSI. Imbalannya lebih tinggi dari deposito.
- Saham Syariah Lot Kecil – Pakai fitur fractional shares di aplikasi seperti Ajaib Syariah. Bisa beli pecahan saham blue-chip syariah (contoh: UNVR) meski modal cuma Rp100 ribu.
- Deposito Syariah Flexy – Bank Muamalat atau BSI ada yang terima setoran awal Rp500 ribu. Bisa tarik tunai darurat tanpa kena penalti.
- Gabung Komunitas – Ikut grup investasi syariah di Facebook atau Telegram buat dapatin info promo cashback dari platform syariah.
Catatan penting:
- Selalu cek logo halal MUI atau izin OJK di produknya
- Hindari investasi "syariah" yang janji cuan instan – itu biasanya scam
- Pelajari dulu risikonya, meski modal kecil tetap bisa rugi
Modal kecil bukan halangan, yang penting konsisten!
Baca Juga: Tips Membuat Anggaran Bulanan yang Efektif dan Realistis
Risiko yang Perlu Diwaspadai dalam Investasi Syariah
Meski syariah, bukan berarti bebas risiko. Pertama, risiko likuiditas – beberapa produk seperti sukuk ritel atau deposito syariah punya periode lock-in (misal 1 tahun). Kalau butuh cairin cepat, bisa kena penalti. Cek ketentuannya di situs OJK sebelum invest.
Kedua, perubahan status syariah – Saham yang hari ini halal bisa berubah jadi haram kalau perusahaan mulai main utang riba. Pantau terus daftar saham syariah di IDX Syariah, biasanya di-update tiap 6 bulan.
Ketiga, risiko bagi hasil – Berbeda dengan bunga tetap di deposito konvensional, bagi hasil di deposito syariah bisa fluktuatif tergantung kinerja bank. Ada kemungkinan dapat lebih kecil dari proyeksi.
Keempat, scam berkedok syariah – Banyak modus investasi bodong pakai label "syariah" dengan iming-iming bagi hasil gede. Selalu verifikasi izin OJK dan cek rekam jejak emiten di Edukasi Konsumen OJK.
Kelima, risiko pasar – Saham syariah tetap kena gejolak ekonomi. Contoh: saham retail syariah bisa drop saat daya beli masyarakat turun.
Tips mitigasi:
- Diversifikasi (jangan taruh semua dana di satu instrumen)
- Pilih produk dengan underlying asset jelas (misal reksadana syariah berbasis properti)
- Rajin pantau laporan keuangan emiten untuk saham syariah
Ingat: syariah bukan jaminan anti-rugi, tapi memastikan kerugian itu terjadi dalam koridor halal!
Baca Juga: Gaya Hidup Pria Modern Untuk Kehidupan Sehat
Cara Memilih Produk Investasi Syariah yang Aman
- Cek Sertifikasi Halal Pastikan produk sudah dapat fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI) atau diawasi Dewan Pengawas Syariah (DPS). Kalau ragu, cek di situs MUI atau database OJK.
- Verifikasi Legalitas Produk harus terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hindari yang cuma ngaku-ngaku syariah tapi nggak ada izin resmi. Cek statusnya di situs OJK.
-
Lihat Underlying Asset
Investasi syariah harus punya aset dasar jelas. Misal:
- Reksadana syariah → portofolio saham/obligasi halal
- Sukuk → proyek infrastruktur riil Kalau nggak transparan, lebih baik hindari.
- Bandinkan Skema Bagi Hasil Produk syariah yang bener harus pakai sistem mudharabah (bagi hasil) atau ijarah (sewa), bukan bunga. Baca prospektusnya, kalau ada kata-kata "bunga tetap", itu alarm merah.
- Cek Track Record Manajer Investasi Lihat kinerja historis dan reputasi pengelolanya. Reksadana syariah di Bareksa atau platform lain biasanya ada fitur perbandingan return.
- Hindari Janji Cuan Instan Investasi syariah yang bener nggak bakal nawarin imbalan 30% sebulan. Kalau ada yang nawarin kayak gitu, 99% itu scam.
- Mulai dari yang Likuid Pilih produk yang mudah dicairkan, kayak reksadana syariah atau tabungan emas digital, biar nggak terjebak kalau butuh dana mendadak.
Bonus Tip:
- Ikut komunitas investor syariah buat dapatin rekomendasi terpercaya
- Rajin baca laporan keuangan emiten (untuk saham syariah)
Intinya, jangan asal percaya label "syariah". Riset dulu, baru investasi!

Investasi syariah itu bukan cuma soal cuan, tapi juga tentang menjaga kehalalan setiap transaksi. Dengan memahami prinsip investasi halal—bebas riba, transparan, dan berbasis aset nyata—kita bisa berkembang secara finansial tanpa mengorbankan nilai agama. Mulailah dari instrumen sederhana seperti reksadana syariah atau emas, lalu pelajari risikonya biar nggak salah langkah. Yang penting, tetap konsisten dan pilih produk yang benar-benar diawasi lembaga syariah. Jadi, investasi nggak cuma untung di dunia, tapi juga jadi amal jariyah!